Setitik Debu Di Jagad Raya

Bukan rahasia lagi bahwa penciptaan alam semesta bukan hanya diperuntukkan bagi umat manusia yang ada di muka bumi. Dari 9 planet yang berada di dalam solar system atau tata surya kita, untuk saat ini memang hanya bumi yang terdeteksi dapat ditempati oleh makhluk hidup.

Temperatur permukaan di planet Merkurius mencapai 467 derajat celsius. Hampir tidak mungkin rasanya ada makhluk hidup yang dapat bertahan disana.

Hal yang sama juga terjadi di planet yang sering dikunjungi oleh para astronot sebagai tempat penelitian. Tidak nampak setitik pun kehidupan di planet Mars. Keberadaan air sebagai entitas utama penunjang kehidupan memang ditemukan di planet ini, namun komposisi air di planet Mars terlalu berasam dan bergaram, sehingga sulit mendukung kehidupan.

Eksistensi manusia sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya membuat kita terkadang merasa spesial dan memiliki pemikiran bahwa kehidupan di alam semesta hanya ditujukan untuk manusia saja.

Beberapa orang bijak menyatakan bahwa “Manusia Hanyalah Debu Di Padang Pasir”. Bagaimana mungkin itu terjadi ketika kita berpikir bahwa sejauh pangamatan dan penelitian yang dijalani, tidak pernah kita temui makhluk hidup seperti manusia yang mempunyai akal dan pemikiran melebihi dari kita sendiri.

Kata-kata bijak tersebut bukanlah sebuah kebohongan belaka manakala kita mengetahui kebenaran dari keberadaan alam semesta dan seluruh isinya. Menyadari bahwa letak bumi bahkan tidak terlihat di galaksi bima sakti.

Tata Surya (Solar System)

Anda tentu mengetahui bahwa bumi merupakan salah satu dari 9 planet yang bernaung di satu matahari yang berada di dalam Tata Surya.

solarsystem
Ilustrasi Solar System

Dapat dilihat bahwa posisi bumi berada pada urutan ketiga yang terdekat dengan matahari pada sistem tata surya setelah planet Merkurius dan Venus.

Hal tersebut pertama kali disadari oleh seorang astronom dan pendeta berkebangsaan Polandia yaitu Copernicus. Ia menyebutkan bahwa bumi bukanlah poros dari tata surya seperti yang dipikirkan oleh orang-orang pada jamannya. Bahwa bumi sama seperti planet-planet lain, berputar mengelilingi matahari. Apakah hanya sebatas itu saja? Mari kita melihat pada skala yang sedikit lebih besar.

Imajinasi Gila Seorang Biarawan

Gagasan yang lebih besar justru datang bukan dari kalangan astronom atau ilmuwan. Giordano Bruno hanyalah seorang biawaran asal Napoli, Italia. Ia menilai bahwa Copernicus belum terlalu jauh melihat posisi bumi di alam semesta.

Keresahan Bruno terhadap penilaian sempit mengenai Tuhan oleh Gereja dan masyarakat membuat dirinya mencari tahu kebenaran dengan membaca buku sains yang notabene dilarang Gereja pada saat itu. Buku tersebut berisi tentang ilmu perbintangan karangan Lucretius yang mati pada 1500 tahun yang lalu.

Lucretius mengajak para pembacanya untuk membayangkan seorang pemanah berdiri diujung tepian alam semesta. Ketika anak panah tersebut dilepaskan, hanya ada dua kemungkinan yang terjadi, bahwa anak panah tersebut akan terus melaju tanpa henti, ataupun membentur sebuah tembok.

Apabila membentur tembok maka jelaslah bahwa alam semesta yang kita pikirkan masih jauh dari batasnya. Katakanlah kemudian pemanah tersebut berdiri pada ujung tembok dan melakukan hal yang sama. Lucretius menyatakan bahwa pemanah itu akan terus menemui batas temboknya hingga dia akan selalu dapat melakukan hal yang sama secara terus menerus, dalam arti jagat raya memang tidak memiliki batas.

Hidayah yang didapatkan Bruno mempengaruhi pola pikirnya tentang konsep Ketuhanan yang selama ini disalah artikan oleh Gereja, bahwa Tuhan yang ia sembah tidak memiliki batasan. Lalu dia menyebarkan apa yang diyakininya ke seluruh masyarakat Eropa.

Namun, Bruno tidak dapat membuktikan gagasannya secara gamblang dengan berbagai tolak ukur yang jelas. Ia hanya memberitahukan kepada khalayak berdasarkan apa yang ia lihat dari dalam mimpi dan imajinasinya tentang pengalaman spiritualnya yang terbang dan menemukan bahwa ternyata planet dan matahari di alam semesta tidak terhitung jumlahnya.

Hal tersebut sudah barang tentu tidak dapat diterima oleh masyarakat dan menilai bahwa Bruno hanyalah orang gila. Nasibnya sama seperti Socrates, mati karena kebenaran yang diyakininya. Ia dihukum oleh Gereja dengan cara dibakar hidup-hidup karena dinilai telah menyebarkan ajaran sesat.

Solar Interstellar Neighborhood

Terdapat beberapa sistem tata surya lainnya di dalam Solar Interstellar Neighborhood. Tata surya diperkirakan masuk ke dalam tatanan yang berbentuk menyerupai awan ini pada 44.000-150.000 tahun yang lalu dan berada di dalamnya dalam kurun waktu 10.000-20.000 tahun.

earth-location-in-the-universe-solar-interstellar-neighborhood
ilustrasi Solar Interstellar Neighborhood

Galaksi Bima Sakti (Milky Way)

Sepuluh tahun usai kematian Bruno, Galileo Galilei untuk pertama kalinya melihat dengan teleskop dan menyadari bahwa yang dikatakan Bruno selama ini adalah benar. Galaksi Bima Sakti (Milky Way) terdiri dari bintang-bintang yang tak terhitung jumlahnya.

Tebakan Bruno memang hanyalah sebuah keberuntungan. Namun yang dilakukannya memancing orang lain untuk paling tidak membuktikan bahwa yang dikatakan Bruno selama ini salah dan itulah yang dilakukan Galileo.

milky way
ilustrasi Milky Way

Gambar diatas merupakan Galaksi Bima Sakti yang memiliki 200-400 miliar bintang dan 3.264 planet. Matahari sebagai pusat tata surya sama seperti bintang-bintang lain yang selama ini kita lihat. Gravitasi beserta efek matahari dapat dirasakan oleh bumi karena letaknya yang begitu dekat dengan bumi yakni sekitar 149.6 juta kilometer.

Sedangkan jarak matahari menuju pusat galaksi yang dikenal sebagai lubang hitam (black hole) adalah 27.700 tahun cahaya. Sebagai informasi, 1 detik cahaya dapat menempuh jarak sejauh 300.000 kilometer.Hampir sama dengan jarak antara Bumi dan Bulan. Kini Anda dapat menghitung sejauh apa jarak kita menuju pusat lubang hitam.

Di dalam Galaksi ini pula terjadi proses kemunculan dan kematian bintang saat terjadi ledakan Suprnova. Dalam satu tahun, Galaksi Bima Sakti tercatat dapat melahirkan 7 bintang baru.

Local Group

Galaksi Andromeda dan beberapa kumpulan galaksi lainnya disebut sebagai sebagai local group.

5_Local_Galactic_Group_(ELitU)
ilustrasi Local Group

 

Virgo Supercluster

Dalam skala yang lebih besar terdapat Superkluster Virgo yang  setidaknya terdapat 100 kelompok galaksi. Setiap cahaya yang terlihat merupakan galaksi yang di dalamnya memiliki miliaran matahari dan planet yang tidak terhitung jumlahnya.

6_Virgo_Supercluster_(ELitU).png
ilustrasi Virgo Supercluster

 

Laniakea Supercluster

Supercluster Laniakea terdiri dari sekitar 100.000 galaksi dan berjarak terbentang sejauh 520 juta tahun cahaya. Terdapat empat supercluster di dalam Laniakea selain supercluster Virgo, yaitu Hydra-Centaurus, Pavo-Indus, dan Fornax-Eridanus ditambah Antlia Wall.

Keberadaannya berhasil ditemukan oleh peneliti Institut Astronomi, Universitas Hawaii, bernama R Brent Tully pada September 2014 lalu dengan bantuan beberapa temannya. Setalah melakukan pengamatan gerak lebih dari 8.000 galaksi, ia menemukan bahwa Galaksi Bima Sakti berkumul bersama grup dan gugus galaksi lain. Mereka bergerak menuju Great Attractor dengan tarikan gravitasi masif di arah Gugus Galaksi Centaurus.

1409766568152_wps_4_National_News_and_Picture
Ilustrasi Laniakea Supercluster

 

Observable Universe

Satu bagian kecil dari Laniakea Supercluster membenteuk Observable Universe atau Jagad Raya. Sebuah jaringan terbesar dari ratusan miliar galaksi. Belum ada waktu yang cukup dalam 13,8 miliar umur alam semesta agar cahaya dapat mencapai bumi dalam skala tersebut. Bahkan kita hanya dapat mengira-ngira dimana letak Galaksi Bima Sakti berada. Siapa tahu disana memang ada makhluk hidup seperti manusia yang memiliki kehidupan yang sama seperti kita di bumi.

lFnDf
ilustrasi Observable Universe

Tuhan yang menciptakan kita bukanlah sebuah entitas yang dapat dengan mudah dipahamai apalagi dicari, melihat kemungkinan yang hampir mustahil untuk dapat menggapai Observable Universe. Sungguh menakjubkan apabila kita memikirkan bagaimana sang Khalik dapat mengatur begitu banyaknya kehidupan yang ada di dalam satu kesatuan Observable Universe.

Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa Observable Universe hanyalah satu molekul kecil yang berada di dalam air dengan kehidupan yang tanpa akhir dalam air terjun yang tak berujung. Menelisik keberadaan-Nya tidak akan pernah mampu dicapai oleh kita yang besarnya bahkan lebih kecil dari dari setitik debu, nyaris tak terlihat. Allahu Akbar.

source : Wikipedia, TV Mini-Series – Cosmos a Spacetime Odyssey

“Look at the sky in the night. Above there, a never ending story with many characters lies ahead.  A story about a million stars versus the dark,”